Sekuel Like me as Sweeties Strawberry
Love or Death!
Part 1
“Rapat hari ini selesai! Besok kita lanjutin lagi” Kata Chiko selaku ketua OSIS SMA Cendana 2. Semua keanggotaan OSIS yang berada di ruang rapat langsung bubar kecuali anggota 8 inti.
“jadi bener ya katanya rombongan kelas XII IPA mau berlibur ke villa?” Zahra, sekretaris umum OSIS membuka percakapan.
“Iya.. ini proposalnya” Chiko memberikan proposal yang baru diterima dari Pembina OSIS ke Zahra.
“hah serius nih? 2 minggu weekend di villa?” Zahra menutup mulutnya, saking tidak percayanya dengan isi proposal tersebut.
Chiko menghela napas. “hu-uh yup! Gila aja tuh 2 minggu!!” Chiko mengacak-acak rambutnya kayak orang stress.
“mana..mana mau lihat dong!!” Tari langsung merebut proposal yang berada di tangan Zahra. Tari cuman nganga lihat isinya. “eh… 2 minggu? Emang mau ngapain di Villa sampe 2 minggu gitu?” Tari menatap Chiko sesaat kemudian menatap gentian Kevin di sebelahnya.
Chiko cuman diam sambil ngangkat bahu. Sementara Kevin sedang asyiknya mengutak atik keypad hp nya.
Tari menyikut lengan Kevin dengan kesal. Kevin yang baru sadar langsung masang wajah dingin. “apa sih?” Ucap cowok itu ketus. Tari melongo sudah kedua kalinya sejak tadi pagi Kevin bersikap ketus seperti ini.
Lola yang dari tadi ikut frustasi langsung angkat wajah “tadi gue dikasih tau bu Fatma, katanya mungkin kita bakal ngadain uji mental di area perkemahan terus mengitari area hutan lindung dan kegiatan lainnya yang berhubung dengan alam.”
“tapi kok bisa sampai 2 minggu gitu sih!! Mana kegiatannya cuma mengenai alam luar! Mendingan juga kalau ada acara shopping atau manicure pedicure gitu!” nyambung Grace dengan centilnya. Lola dan anak lain yang mendengar ucapan cewek centel itu langsung geleng-geleng kepala tanda semakin frustasi!
“kalo gitu ntar gue ngomong lagi sama bu Pembina dah! Oke… kalian boleh bubar sekarang!” Chiko segera merapikan proposal tadi dan langsung melengos kabur dari ruang rapat. Begitupun yang lainnya.
Saat berjalan di koridor sekolah menuju parkiran Tari Cuma menunduk diam sambil memikirkan sesuatu yang ganjil dihadapinya minggu-minggu ini.
“Tar, sorry gak bisa ngantar elo sampai rumah.. gue lagi ada urusan sebentar.. byee” Kevin langsung meninggalkan Tari yang masih berjalan di koridor. Tari mengangkat kepalanya sambil menatap punggung cowoknya yang sudah jauh. Tetesan air mata jatuh perlahan-lahan dari mata indahnya.
‘Vin, kok elo berubah banget sih’ Tari segera menceka air matanya sebelum yang lain melihat kondisinya. Kemudian cewek itu berjalan menuju halte bus.
-----Love? Or Death?-----
Kevin Andrasta, sudah 11 bulan cowok itu menjadi pacar Mentari Adinda. Mereka sama-sama kelas 12 dan sekarang satu sekelas malah! Selama status mereka berpacaran banyak yang mengatakan Tari dan Kevin pasangan serasi. Gimana tidak? Kevin, kapten basket sekaligus wakil ketua OSIS SMA Cendana 2. Sedangkan Tari anggota Cheers sekaligus sekretaris 2 OSIS SMA Cendana 2. Serasi kan!! Iya dongg hehehe..
Tapi akhir-akhir ini apalagi tadi pagi, ada yang aneh dengan sikap Kevin terhadap Tari. Tidak seperti biasanya. Cowok itu sekarang terlihat cuek dan dingin. Apalagi dengan insiden tadi pagi.
“Hey Vin” sapa Tari dengan senyum ramah di pagi hari. Saat itu Kevin menjeput Tari di rumah cewek itu.
Tapi ada yang ganjil dari Kevin, di balik itu tatapan Kevin tajam tidak seperti biasanya lembut dan ramah.
“Elo tau hah, uda 4 menit gue nunggu disini! Lelet banget sih!”ucap Kevin ketus.
Tari terdiam di tempat, mulutnya nganga. Whats wrong with Kevin?
“sorry Vin. Kan baru 4 menit”
“waktu itu berharga Tar! Sedikit aja terlambat itu bisa fatal akibatnya!” Suara Kevin meninggi.
Untung pagi-pagi itu tetangga sudah pada bangun semua. Kalo nggak? mampus dah! Bisa-bisa Tari kena omel plus dilempar sayur!
“ma..maaf vin” Tari menunduk bibirnya kelu.
“iyaiya.. masuk gih!”
Tari segera masuk ke mobil Kevin sambil menghela napas. Di liriknya Kevin disebelahnya. Cowok itu sedang berkonsentrasi menyetir. Tari menatap cowoknya nanar.
-----Love? Or Death?-----
Tari baru sampai di depan kompleks rumahnya jam 7 malam. Sebelum pulang ke rumah Tari sempat berkeliling kota Bandung.
Tubuhnya lemas, seragamnya terlihat lecek. Belum lama setelah turun dari bus dia cuman menunduk.
Tiba-tiba ntah seperti sosok bayangan lewat. Tari mulai merinding. Dengan cepat dilangkahkan kakinya secepat kilat ke rumah. Belum sampai di pintu gerbang, Tari melihat seorang laki-laki mengenakan kaos hitam dengan jins biru nya yang sudah robek berjalan masuk ke gang rumahnya.
Bukan hanya itu, terlihat darah segar menetes dari kepalanya. Cowok itu berjalan lunglai. Sebelum akhirnya sempat jatuh.
Tari berlari mendekati cowok itu. di bantunya cowok itu hingga berdiri.
“e..elo gak apa-apa kan?” Tanya Tari. Dilihatnya wajah cowok itu pucat, tubuhnya juga kurus. Ntah sadar atau tidak sadar bulu kuduk Tari merinding. Apa maksudnya?
Cowok itu sempat tersenyum tipis kea rah Tari. “gak apa-apa kok”
“ta..tapi.. kepalamu berdarah!!!” Tari hampir lemas ketika melihat darah menetes di seragamnya ketika memapah tubuh cowok itu.
“hmm tadi gue sempat kecelakaan”
“kalau gitu gue sembuhin ya luka elo!!” Tari segera membawa cowok itu ke dalam rumahnya. Untung orang tua Tari masih berada di Australia dengan adik kecilnya, sementara kakaknya masih kuliah di Inggris.
“parah juga ya luka elo!” Tari memaluti perban ke kepala cowok itu. ‘kalo dilihat-lihat cowok ini ganteng juga ya!! Hidungnya mancung terus kulitnya putih dan owww.. bila matanya indah banget!’ batin Tari sebelum dia sempat-sempat menepuk mulutnya sendiri ‘bego lo tar!! Elo kan masih ada Kevin ahh bego!bego!’ rutuknya.
“selesai!!” teriak Tari. Cowok itu menghadap Tari kemudian tersenyum “thanks ya”. Tari membalas dengan cengiran, ntah mengapa rasanya senyum cowok itu teduh.
“hm sebelumnya maaf ya ngerepotin elo.. by the way nama gue Vino, kalo elo?”
“hmm Tari” Tari tersenyum manis.
‘gue kangen senyuman elo Da!’ batin Vino.
“oke Tar thanks banget ya!” cowok itu beranjak dari sofa ruang tamu rumah Tari. “eh elo mau kemana??” Tari mengejar Vino yang sudah berdiri di teras depan
“sorry gue mau pulang!” cowok itu melangkah keluar gerbang belum Tari sempat berkedip cowok itu sudah hilang. Lenyap!!
“lho kemana tuh cowok?” Tari pasang wajah bingung. Karena hari semakin malam Tari langsung masuk rumah karena suasananya mulai merinding.
‘Dari ngelihat elo tadi gue uda senang Dinda! Gue kangen berat sama elo! Gue masih sayang sama elo! Tapi sorry gue harus membawa elo ke permainan ini! Permainan kematian!’ ucap Vino lirih di balik pohon sebelah rumah Tari.
-----Love? Or Death?-----
Jam 8 malam. Sesuai janji Lola dengan Tari, Lola bakal nginap di rumah Tari untuk satu malam itu saja.
Karena kata Tari dia bosan tinggal sendiri terus dirumah. Maunya sih Tari ngadain pesta piyama tapi ehh nggak jadi mendingan jangan buat ribut di rumah Tari ntar tetangga sebelah yang super galak bakal ceramah panjang lebar. Itulah resiko Tari rumahnya harus berada di sebelah tetangga galak itu.
“Hey tar!!” sapa Lola ketika Tari membuka pintu rumahnya. Tari cuman balas senyum.
“eh by the way nih gue bawa… TARAAA… Martabak kesukaan elo hehehe”
“wah thanks ya La, lo emg tau banget kesukaan gue!” Tari segera menyambar kotak yang berisi makanan kesukaannya.
Jam 9 malam. Tari dan Lola sedang menonton film ‘Final Destination 4’ yang sedang di putar di kamar Tari. Lola yang sedari tadi takut melihat adegan mata dari tokoh film yang tertusuk gunting dan semacam kejadian sadis dan seram membuat Lola menyembunyikan mukanya di balik bantal
“huaa sompret bener sih yang buat nih film!! Gila sadis!! Huaa mami!!” mulai deh Lola masang tampang manjanya. Tari yang sudah tau alur cerita filmnya cuma melihat sekejap kemudian pikirannya sudah tenggelam ke novel yang sedang dibacanya.
Lola yang baru sadar karena matanya lah yang hanya tertuju film horror itu langsung mencubit Tari disebelahnya. “rempong lo tar! Gue kira elo ikutan nonton juga ehh malah baca novel” lola memanyunkan bibirnya sampai 5 senti ehh 10 senti deng wkwkwwk.
Tari cuman ngakak. Tak lama bunyi kilat disertai petir dan hujan deras menyambar-nyambar. Lola dan
Tari langsung meringkuk ke dalam selimut tebal Tari sambil memekik sekencangnya.
“MAMA!! PAPA!!! DEK ICHA! KAK ARIF! HUAA TOLONG!!!” teriak Tari. Beda lagi dengan teriakan Lola.
“MAMI! PAPI! OMA! OPA! KUCING IMUTKU CIMO! RICKY!! HUAAA TOLONGG !! HUA PETIR!!” kalo saja ada yang melihat adegan tadi di balik layar mungkin uda ngakak kali!!
Tiba-tiba mati lampu!! Tari dan Lola makin teriak hebat. Mereka tidak peduli lagi kalo suara cempreng mereka nanti sampai terdengar ke telinga tetangga sebelah.
Ntah bunyi darimana. KREK!! Pintu kamar Tari terbuka sendiri. Padahal…. Tadi kan sudah dikunci!!
“Tar.. i.. itu suara apa sih?” Lola mulai merinding. “mana gue tau!! Jangan..jangann…” Tari menatap Lola di kegelapan begitupun Lola..
“HANTU!!!!!!! HYAAA!!! TOLONGGG!!!” Tari Lola memekik hebat sampai-sampai mereka grasak grusuk di atas tempat tidur..
Hanya sebentar dan lampu hidup kembali…
Tari dan Lola yang kepanasan nyumput di balik selimut langsung mengedarkan pandangan sekitar kamar. Lho.. pintunya.. tertutup!!! OMAGOD!!! Terus tadi bunyi apa coba?
Muka Lola sudah pucat saking takutnya. Sedangkan Tari diam bibirnya kering.
Tari mengambil senter yang berada di laci meja belajarnya.
“yuk la, keluar kamar sebentar gue mau lihat pintu depan rumah!” bisik Tari pelan. Lola langsung masuk selimut karena takut.
“ogah. Gue takut!!” Tari mendengus kesal mendengar ucapan sahabatnya. Tanpa ngasih kesempatan dikit Tari langsung menarik tangan sahabatnya.
“TARI!!! ARKHHH GUE GAK MAU KE SANA!!!” teriak Lola heboh.
-----Love? Or Death?-----
Disisi lain…
“Gue rasa urusan elo dan gue selesai. Sekarang elo bebas!dan ingat ucap gue kemaren” ucap seorang cowok dengan perban dikepalanya. Dia.. Vino!
“elo gila! Lo kira dia sanggup masuk kepermainan elo! Bullshit! Gue gak bakal ngebiarin cewek gue masuk ke perangkap elo!”
Vino menatap cowok yg di depannya ini dengan tajam kemudian dia tarik kerah kemeja cowok itu
“salah sendiri kenapa tuh cewek bisa-bisanya menarik perhantian untuk dijadikan korban! Hahaha!!”
Wajah Kevin langsung merah padam menahan amarah. “argh!!” Kevin melayangkan bogem mentahnya kepada Vino. Dengan sigap Vino menghindar hingga cowok itu bersalto ke belakang.
“Ini sudah sesuai janji Vin!! Lo harus terima takdir kalo cewek elo harus jadi korban dibalik permainan itu!” Vino bersalto ke depan dan kakinya menendang tepat di dada kiri Kevin.
“cih! Ingat perjanjian kemaren lo harus jauhin cewek itu sampai dia…. Menyelesaikan takdir permainan!” Vino melengos pergi dan hilang di balik kegelapan malam.
Kevin menyeka darah yang mengalir di sudut bibirnya, wajahnya biru lebam.
“ARGH!! Kalo tau kejadiannya kayak gini Gue gak bakal nyerahin Tari ke elo!! Argh!!”
Sebuah kertas jatuh dari atas. Kevin meraih kertas itu.
Jangan macam-macam dengan perjanjian! Semakin elo ikut campur semuanya makin lama cewek elo bakal MATI!! Atau perlu gue kasih tau rahasia itu sebelumnya!!
“ARGH!! DAMN!”
-----Love? Or Death?-----
Tari berjinjit-jinjit ketika turun ke tangga. Sementara Lola nyumput di balik tubuh Tari.
Dan tiba-tiba lampu padam lagi. Tari tersentak, sementara Lola menjerit-jerit!!
TOKTOKTOK.. bunyi dari luar. Tari terkesiap, Lola makin menjerit kencang.
“HANTU!!!!” teriak Lola belum lama mulut cewek itu dibekap Tari “pstt.. berisik!!” Tari menghindupkan senternya.
Tari berdiri di ruang tamu. Ruang itu sangat gelap. Petir makin menjadi-jadi plus badai yang hebat.
Udara dingin segera merambat ke kulit Tari. Tari Lola makin merinding.
GUBRAK! Pintu luar terbuka menampilkan sosok tubuh gelap yang berdiri disana.. dan TARA….. siapakah itu?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar